Budaya positif tidak dapat berdiri sendiri. Perlu adanya kolaborasi dan komunikasi di antara warga sekolah. Untuk membangun budaya positif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara membuat kesepakatan kelas yang kemudian dilaksanakan dan disepakati oleh guru dan peserta didik secara konsisten dan ditinjau kembali secara berkala.
Sebagai pendidik, guru memiliki nilai-nilai positif untuk membangun budaya positif di sekolah, khususnya dalam pembelajaran sehari-hari dalam berinteraksi dengan peserta didik. Budaya positif diharapkan bisa diterapkan pada peserta didik kita karena dengan budaya positif akan terjalin hubungan kerja sama antara guru dan peserta didik, tumbuhnya kesadaran untuk melakukan hal-hal yang positif, dan tumbuhnya nilai-nilai dan karakter peserta didik sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar. Dalam menerapkan budaya positif tentu harus menggunakan cara-cara yang positif dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh peserta didik dan tidak menggunakan kata-kata seperti kata “jangan, dilarang, dan tidak.” Kesepakatan kelas merupakan langkah awal dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid. Salah satu upaya dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Dan untuk memulai budaya positif adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri melalui nilai-nilai positif sehingga dapat dijadikan teladan bagi peserta didik kita, rekan sejawat bahkan masyarakat sekitar kita. Kita dapat memberi contoh mulai dari hal-hal yang kecil seperti, membuang sampah pada tempatnya, berbicara dengan tutur kata yang sopan, santun dan ramah kepada peserta didik dan rekan sejawat, mengucapkan salam ketika bertemu seseorang, mengucapkan terima kasih dan meminta maaf jika melakukan kesalahan.
Sebagai pendidik yang menjalankan tugas dalam menuntun peserta didik dalam belajar, kita diharapkan menjadi inisiator dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid sehingga guru memiliki peran utama dalam membangun budaya positif di sekolah. Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kita diharapkan mengingat kembali makna pendidikan dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Oleh karena itu, kita sebagai pendidik diharapkan mampu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan peserta didik menjadi seorang yang mampu memberikan kontribusi dan berdaya tidak hanya untuk pribadinya sendiri tapi juga berdampak positif pada masyarakat.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru diharapkan melakukan proses “menuntun”, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan potensi bakat minatnya melalui tuntunan dan arahan agar mereka tidak kehilangan arah bahkan sampai membahayakan dirinya sendiri. Guru sebagai pendidik diharapkan memberikan tuntunan agar peserta didik mendapatkan kemerdekaannya dalam belajar. Selain itu, Keteladanan diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik dalam membangun budaya positif sesuai dengan karakter profil pelajar Pancasila yang tercermin dalam kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara konsisten dan berkala di sekolah.
Budaya positif memiliki kaitan dengan apa yang menjadi landasan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia. Selain itu, nilai dan peran kita sebagai pendidik melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid yang memiliki peran menjadi pemimpin pembelajaran, membentuk komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antara guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Dalam menjalankan perannya, guru penggerak sebagai agen perubahan diharapkan mampu menularkan kebiasaan yang baik dalam membangun budaya positif di sekolah, di antaranya adalah dengan berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan orang tua. Guru memiliki peran sentral dalam mengimplementasikan disiplin positif, yaitu dengan menciptakan ruang pembelajaran yang berpusat pada murid dan melibatkan orang tua dalam penerapan disiplin positif. Peran kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan, di antaranya memastikan para guru dan staf kependidikan mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif. Selain itu, orang tua juga turut berperan menciptakan suasana belajar yang nyaman di rumah sehingga dapat menerapkan disiplin positif secara konsisten dan berkontribusi serta berpartisipasi dalam pertemuan sekolah untuk mendukung penerapan disiplin positif. Peran guru sebagai manajer dalam pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan budaya positif di sekolah khususnya di kelas, yaitu dengan membuat kesepakatan kelas.
Keterkaitan Materi Budaya Positif dengan Materi Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak dan Visi Guru Penggerak tergambar dalam bagan berikut ini.
Nama hari, bulan, nama waktu dalam hari, waktu
dalam bentuk angka, tanggal dan tahun
Keharusan
Larangan
Himbauan
Harapan
Do’a
Ucapan selamat
Kartu Ucapan (greeting card)
Teks deskripsi
Teks recount
Teks prosedur
Teks narrative
Teks report
Lirik lagu
Sumber: Keputusan Kepala Balitbang Nomor 18/H/KR/2020 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pda Kurikulum 2013 pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Berbentuk Sekolah Menengah Atas untuk Kondisi Khusus.
Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja
bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas
tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap
guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid.
Berikut ini merupakan gambaran dalam membuat kesepakatan kelas.
PRAKTIK BAIK
DALAM RANGKA OPTIMALISASI PJJ DI MASA PANDEMI
COVID-19
Agus Prihanto Guru Bahasa
Inggris SMP Negeri 3 Pandeglang, Jalan Kabayan Citiis No.2 Pandeglang, Kabupaten
Pandeglang
1.Pendahuluan
Seperti kita ketahui pandemi
Covid-19 datang secara tiba-tiba tanpa bisa dihentikan. Penyebarannya yang tak
terkendali membekukan sendi-sendi kehidupan, termasuk di dalamnya dunia
pendidikan. Guru, siswa dan orang tua merasa tertekan dengan kenyataan bahwa
pembelajaran harus dilakukan dari rumah. Pada awalnya semua pihak merasa
bingung bagaimana menjalankan perannya masing-masing agar proses belajar dari
rumah dapat berjalan dengan baik. Namun, cepat atau lambat semua harus bisa
beradaptasi dengan keadaan ini. Guru, siswa dan orang tua harus bersinergi agar
pembelajaran dapat tetap terlaksana dengan baik, sehingga siswa mendapatkan
haknya untuk memperoleh pendidikan terbaik.
Saya sebagai seorang guru merasa bertanggung jawab untuk
memberikan layanan pendidikan terbaik melalui pembelajaran yang bermakna bagi
siswa saya. Saya sangat bersyukur karena pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan terutama LPMP Banten sangat mendukung para guru untuk
meningkatkan kompetensi melalui program-program unggulan seperti guru belajar,
guru berbagi dan yang paling utama adalah Layanan Fasilitasi Peningkatan Mutu
Pendidikan. Disini, kami difasilitasi oleh LPMP Banten dan dibimbing secara
langsung dalam meningkatkan kualitas pembelajaran jarak jauh.
Pada kesempatan ini,
saya akan memaparkan pengalaman saya sejak awal dibimbing oleh LPMP Banten
sehingga saya dapat melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh dengan lebih baik.
Tetap semangat Bapak dan Ibu guru hebat teruslah memberikan kontribusi terbaik
bagi dunia pendidikan.
Dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, ada beberapa hal yang
harus kita perhatikan. Yang pertama
adalah model pembelajaran. Dalam pembelajaran jarak jauh, ada 3 model
pembelajaran yang bisa digunakan, yaitu: Model pembelajaran jarak jauh
daring, yaitu pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan gawai dan
jaringan internet. Contohnya: aplikasi untuk pembelajaran dan LMS yang banyak
kita gunakan saat ini adalah whatsapp group dan google
classroom. Model pembelajaran jarak jauh luring, yaitu pembelajaran
yang dilaksanakan dengan tidak menggunakan jaringan internet. Contohnya:
televisi, radio, modul belajar mandiri, lembar kerja, bahan ajar cetak, alat
peraga dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar. Model
pembelajaran jarak jauh terpadu (blended), yaitu pembelajaran jarak jauh
yang dilaksanakan dengan memadukan daring dan luring. Pelaksanaan pembelajaran
dengan model pembelajaran terpadu menggunakan aplikasi untuk pembelajaran,
menghadirkan interaksi dengan guru secara luring/daring dan menerapkan sesi
sinkron dan asinkron pembelajaran. Sesi sinkron dimana siswa berinteraksi
dengan guru secara serentak dalam waktu yang telah disepakati. Misalnya
melalui zoom meeting, google meet, dan whatsapp video call. Sedangkan
sesi asinkron pembelajaran dimana siswa mengerjakan tugas secara mandiri dengan
pilihan waktu yang fleksibel. Misalnya penugasan melalui whatsapp group dan google
classroom.
Bapak Ibu sekalian, saya masih ingat pada saat saya mendapatkan
informasi bahwa pembelajaran harus dilaksanakan di rumah. Saya merasa bingung
untuk menentukan model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam melaksanakan
pembelajaran jarak jauh. Apalagi saat itu saya belum mengetahui bagaimana
kondisi siswa di rumah. Apakah mereka mempunyai fasilitasi pembelajaran yang
memadai? Apakah orang tua siap mendampingi anaknya belajar di rumah?
Saat itu yang terpikirkan oleh saya adalah melaksanakan
pembelajaran jarak jauh melalui whatsapp group dan google
classroom. Ternyata siswa yang bisa mengikuti pembelajaran secara daring
masih dibawah 50 %. Kemudian saya memutuskan untuk menyediakan Lembar kerja
untuk siswa yang tidak memiliki akses pembelajaran daring.Saya
berusaha memfasilitasi siswa sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengikuti
pembelajaran jarak jauh.
Yang kedua adalah media. Media merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam teknologi pembelajaran. Dalam menerapkan teknologi pembelajaran guru
harus menggunakan media agar dapat menyampaikan pesan berupa konsep atau konten
pembelajaran sehingga siswa dapat menerimanya dengan baik. Media berupa alat
yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Media
adalah alat bantu pembelajaran yang mencakup segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Jenis media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu Visual, fokus pada indera
penglihatan seperti media cetak berupa buku, modul, poster/gambar. Audio yang
hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Contoh Bahasa lisan. Audio
visual yang melibatkan indera penglihatan dan indera pendengaran seperti film,
iklan dan video.
Yang ketiga adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah semua sumber baik
barupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar.
Sumber-sumber belajar dapat berupa pesan, informasi, orang berupa guru, siswa. Bahan
misalnya buku, gambar, alat/perlengkapan misalnya, pendekatan, lingkungan
Multimedia yang
melibatkan beberapa jenis media secara terintegrasi. Contoh aplikasi Komputer
interaktif dan non interaktif. Media yang saya gunakan dalam pembelajaran
jarak jauh, yaitu media visual berupa gambar-gambar, audio dalam bentuk voice
note dan audio visual dalam bentuk video
pembelajaran.
Sumber belajar yang saya gunakan dalm pembelajaran jarak jauh
berupa buku siswa kelas 9. Saya juga mencoba untuk menggunakan sumber belajar
lainnya misalnya video pembelajaran yang saya gunakan untuk menjelaskan
materi tentang harapan, do’a dan ucapan selamat.
Yang keempat adalah teknologi. Terdapat beberapa hal yang harus
dipersiapkan antara lain materi yang akan disampaikan, fitur apa yang
dibutuhkan untuk menyampaikan materi tersebut, dan memilih teknologi yang akan
digunakan. Teknologi yang saya gunakan dalam pembelajaran jarak jauh,
yaitu melalui whatsappgroup dan google
classroom.
2.Pelaksanaan
Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, saya menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Permendikbud No.14 Tahun 2019. Dengan dikeluarkannya
Permendikbud tersebut guru dapat menyusun RPP sesuai dengan prinsip
penyusunannya, yaitu efektif, efisien dan berorientasi pada murid. Efektif
berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak menghabiskan banyak
waktu dan tenaga. Efektif berarti penulisan RPP dilakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Berorientasi pada murid berarti penulisan RPP
dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar
murid di kelas. Walapun demikian, bagi guru yang sudah membuat RPP, guru
dapat tetap menggunakan format RPP yang telah dibuatnya. Merujuk pada kurikulum
pada kondisi khusus dan kebutuhan dasar murid, RPP yang saya susun terdiri dari
tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. Kompetensi
Dasar (KD) yang saya sampaikan pada RPP ini adalah KD 3.1 dengan materi pokok
teks interaksi yang melibatkan tindakan menyatakan harapan, do’a dan ucapan
selamat.
Tujuan Pembelajaran terkait dengan materi tersebut adalah melalui
model pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring dengan menggunakan whatsapp group
dan google classroom, peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi
ungkapan harapan, doa, dan ucapan selamat atas suatu kebahagiaan dan prestasi
dari teks yang dibaca membuat ungkapan sesuai dengan situasi yang diberikan.
Langkah-langkah Pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Aktivitas yang dilakukan pada kegiatan
pendahuluan adalah:
1.Melalui whatsapp group melakukan
pembukaan dengan salam pembuka untuk memulai pembelajaran.
2.Melalui whatsapp group menyampakan
motivasi belajar kepada peserta didik.
3.Melalui whatsapp group menjelaskan
hal-hal yang dipelajari, kompetensi yang akan dicapai serta metode belajar yang akan ditempuh.
4.Melalui whatsapp group peserta didik diberi motivasi
dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka
diberikan tayangan berupa gambar, video dan bahan bacaan terkait materi. Teks
interaksi yang melibatkan tindakan menyatakan harapan, do’a dan ucapan selamat.
5.Melalui whatsapp group, peserta didik diminta
untuk mengemukakan pendapat dan mengerjakan tugas.
6.Melalui whatsapp group, peserta didik membuat
kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait teks interaksi yang
melibatkan tindakan menyatakan harapan, do’a dan ucapan selamat. Peserta didik
kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum
dipahami.
7.Peserta didik, dengan bimbingan guru, membuat
kesimpulan.
8.Guru melakukan refleksi hasil proses belajar
yang telah dilaksanakan.
9.Guru memberikan apresiasi kepada seluruh peserta
didik.
10.Guru memberikan evaluasi untuk mengukur
ketuntasan PBM.
11.Guru menginformasikan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
Mengutip Arsyad dalam buku karya Rusman, dkk (2011) yang
berujudul Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunukasi;
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Video adalah serangkaian gambar
bergerak disertai suara yang membentuk kesatuan lalu dirangkai menjadi alur dan
punya pesan-pesan di dalamnya. Dan video pembelajaran berarti serangkaian bahan
ajar yang diberikan melalui tayangan gambar bergerak disertai suara, alur dan
pesan-pesan.
Video yang akan ditampilkan merupakan video pembelajaran berisi
materi bahasa Inggris. Proses pembuatan video tersebut melalui beberapa tahapan.
Yang pertama, menulis scenario. Skenario berfungsi sebagai pemandu ke mana arah
pembicaraan yang akan direkam. Yang kedua, proses rekaman. Proses rekaman
yang saya lakukan menggunakan kamera smartphone, tripod, dan green
screen. Yang ketiga, mencari ilustrasi. Ilustrasi merupakan detail yang
bisa ditambahkan ke dalam video, misalnya table, grafik, animasi, gambar atau
data lain. Yang keempat, proses editing. Setelah rekaman video dan
ilustrasi sudah terkumpul, kemudian proses pengeditan dilakukan dengan
menggunakan aplikasi yang sudah banyak digunakan yaitu kinemaster. Dalam proses
pengeditan ini, kita dituntut untuk bisa berkreasi dan berpikir agar video
pembelajaran bisa tetap seru, menyenangkan dan tidak membuat jenuh
siswa. Yang kelima adalah proses unggah/upload. Jika video sudah jadi,
langkah terakhir yang dilakukan adalah mengunggahnya ke portal belajar atau
situs web seperti youtube. Bila proses mengunggah sudah
berhasil, maka kita bisa membagikan URL video pembelajaran tersebut kepada
siswa.
3.Penilaian
Pembelajaran
Pada pembelajaran jarak jauh yang saya telah lakukan, pelaksanaan
penilaian pembelajaran menggunakan aplikasi seperti google formulir dan kahoot.
Sedangkan untuk memfasilitasi siswa yang terkendala kesediaan fasilitas, saya
membuat lembar kerja yang diberikan kepada siswa dengan moda luring dengan
ketentuan dan aturan penjadwalan yang dibuat oleh sekolah.
4.Kesimpulan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan model terpadu yaitu moda
daring melalui WAG dan google classroom serta moda luring melalui lembar kerja
sudah dilaksanakan dengan cukup baik walaupun dalam pelaksanaannya tentu masih
ada kendala dan kekurangan.
Sebagai seorang guru, saya akan selalu berupaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dengan menambah pengetahuan tentang Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) yang saya peroleh dari LPMP Banten dan program-program pemerintah
lainnya seperti Guru Belajar dan Guru Berbagi.
Daftar Pustaka
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 Tahun
tentang Penyederhanaan RPP
Rusman, dkk (2011)
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi : Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta:Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Persada
Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Mungkin saja, sebagian kita sebagai guru juga menuliskan mimpi itu pada gambaran visinya. Namun, dalam praktiknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan. Perlu perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Inilah salah satu tujuan visi, yaitu untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari kondisi saat ini. Visi membantu kita untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis “start” dan membayangkan garis “finish” seperti apa yang ingin dicapai. Ini bagaikan seorang pelari yang perlu mengetahui garis “start” dan garis “finish” bahkan sebelum ia benar-benar berlari melintasi jalur lari tersebut.
Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah.
Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, Bapak/Ibu CGP hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di dalam pengaruh Anda untuk menjalani proses perubahan ini bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.
Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “finish”, maka ia butuh peralatan yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Dalam pembelajaran kali ini, kita akan mengeksplorasi paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016). Kita akan memakai pendekatan IA sebagai ‘alat olahraga’ untuk kita berlari mencapai garis “finish” kita yaitu visi yang kita impikan.
Dalam sebuah video di Youtube, Cooperrider, yang adalah tokoh yang mengembangkan IA, menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.
Berikut ini merupakan hasil diskusi yang dilakukan oleh calon guru penggerak kelompok 3 Kabupaten Pandeglang terkait kekuatan yang dimiliki dalam melakukan perubahan dalam sebuah organisasi atau komunitas.
Source: Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2