Budaya positif tidak dapat berdiri sendiri. Perlu adanya kolaborasi dan komunikasi di antara warga sekolah. Untuk membangun budaya positif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara membuat kesepakatan kelas yang kemudian dilaksanakan dan disepakati oleh guru dan peserta didik secara konsisten dan ditinjau kembali secara berkala.
Sebagai pendidik, guru memiliki nilai-nilai positif untuk membangun budaya positif di sekolah, khususnya dalam pembelajaran sehari-hari dalam berinteraksi dengan peserta didik. Budaya positif diharapkan bisa diterapkan pada peserta didik kita karena dengan budaya positif akan terjalin hubungan kerja sama antara guru dan peserta didik, tumbuhnya kesadaran untuk melakukan hal-hal yang positif, dan tumbuhnya nilai-nilai dan karakter peserta didik sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar. Dalam menerapkan budaya positif tentu harus menggunakan cara-cara yang positif dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh peserta didik dan tidak menggunakan kata-kata seperti kata “jangan, dilarang, dan tidak.” Kesepakatan kelas merupakan langkah awal dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid. Salah satu upaya dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Dan untuk memulai budaya positif adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri melalui nilai-nilai positif sehingga dapat dijadikan teladan bagi peserta didik kita, rekan sejawat bahkan masyarakat sekitar kita. Kita dapat memberi contoh mulai dari hal-hal yang kecil seperti, membuang sampah pada tempatnya, berbicara dengan tutur kata yang sopan, santun dan ramah kepada peserta didik dan rekan sejawat, mengucapkan salam ketika bertemu seseorang, mengucapkan terima kasih dan meminta maaf jika melakukan kesalahan.
Sebagai pendidik yang menjalankan tugas dalam menuntun peserta didik dalam belajar, kita diharapkan menjadi inisiator dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid sehingga guru memiliki peran utama dalam membangun budaya positif di sekolah. Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kita diharapkan mengingat kembali makna pendidikan dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Oleh karena itu, kita sebagai pendidik diharapkan mampu membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan peserta didik menjadi seorang yang mampu memberikan kontribusi dan berdaya tidak hanya untuk pribadinya sendiri tapi juga berdampak positif pada masyarakat.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru diharapkan melakukan proses “menuntun”, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan potensi bakat minatnya melalui tuntunan dan arahan agar mereka tidak kehilangan arah bahkan sampai membahayakan dirinya sendiri. Guru sebagai pendidik diharapkan memberikan tuntunan agar peserta didik mendapatkan kemerdekaannya dalam belajar. Selain itu, Keteladanan diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik dalam membangun budaya positif sesuai dengan karakter profil pelajar Pancasila yang tercermin dalam kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara konsisten dan berkala di sekolah.
Budaya positif memiliki kaitan dengan apa yang menjadi landasan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia. Selain itu, nilai dan peran kita sebagai pendidik melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid yang memiliki peran menjadi pemimpin pembelajaran, membentuk komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antara guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Dalam menjalankan perannya, guru penggerak sebagai agen perubahan diharapkan mampu menularkan kebiasaan yang baik dalam membangun budaya positif di sekolah, di antaranya adalah dengan berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan orang tua. Guru memiliki peran sentral dalam mengimplementasikan disiplin positif, yaitu dengan menciptakan ruang pembelajaran yang berpusat pada murid dan melibatkan orang tua dalam penerapan disiplin positif. Peran kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan, di antaranya memastikan para guru dan staf kependidikan mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif. Selain itu, orang tua juga turut berperan menciptakan suasana belajar yang nyaman di rumah sehingga dapat menerapkan disiplin positif secara konsisten dan berkontribusi serta berpartisipasi dalam pertemuan sekolah untuk mendukung penerapan disiplin positif. Peran guru sebagai manajer dalam pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan budaya positif di sekolah khususnya di kelas, yaitu dengan membuat kesepakatan kelas.
Keterkaitan Materi Budaya Positif dengan Materi Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak dan Visi Guru Penggerak tergambar dalam bagan berikut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar