Menurut Tomlinson (2000), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi diperlukan serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid terkait dengan:
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
Bagaimana guru merespon kebutuhan belajar murid. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Melalui keputusan yang masuk akal (common sense) yang bertujuan untuk mendesain pengalaman belajar yang bermakna, menantang dan relevan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa. Kebutuhan belajar murid menjadi dasar pembelajaran berdiferensiasi. Ada 3 aspek yang harus diketahui ketika akan memetakan kebutuhan belajar siswa, ketiga aspek tersebut antara lain:
Kesiapan belajar
Minat belajar; dan
Profil belajar
Setelah melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan ketiga aspek di atas, langkah berikutnya adalah menentukan strategi diferensiasi yang ingin kita lakukan yang meliputi:
Diferensiasi konten; apa yang kita ajarkan kepada murid kita.
Diferensiasi proses; bagaimana murid memahami/memaknai materi yang dipelajari.
Diferensiasi produk; tagihan apa yang kita harapkan dari murid.
Dalam menjalankan pembelajaran berdiferensiasi, kita sebagai pendidik perlu menciptakan lingkungan belajar (learning community). Lingkungan belajar yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi memiliki iklim suasana pembelajaran yang kondusif dan positif. Hal ini dapat terlihat ketika setiap dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik. Sikap saling menghargai akan sangat menonjol diantara warga sekolah. Murid-murid yang ada di dalam kelas akan merasa aman dan nyaman dalam belajar. Murid dan guru adalah sebuah tim yang menentukan berjalannya pembelajaran dalam kelas. Guru dan murid harus bekerja sama untuk kesuksesan kelas. Guru memiliki peran sangat penting dalam membangun atmosfer lingkungan kelas yang positif.
Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk membantu memecahkan permasalahan pembelajaran, yaitu dengan mengetahui kondisi kesiapan siswa untuk belajar. Guru berperan memberikan pendidikan kepada murid. Berdasarkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, guru harus mempunyai nilai dan peran yang harus dipahami dan diimplementasikan dalam pembelajaran. Peran dari seorang guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan atau kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini peran yang dilaksanakan adalah mewujudkan kepemimpinan murid, yaitu mendorong peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah. Peran seorang Guru Penggerak berarti membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar