GURU PEMBELAJAR

Guru Pembelajar Sepanjang Hayat - Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan Orang Lain

Jumat, 30 Juli 2021

1.4.a.10.1 Aksi Nyata - Budaya Positif - Unggah Aksi Nyata

 KESEPAKATAN KELAS

MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF MELALUI KESEPAKATAN KELAS


Oleh:


Agus Prihanto, S.Pd.,M.Pd.

Calon Guru Penggerak Angkatan 2

Kabupaten Pandeglang



  1. Latar Belakang

Menginjak awal tahun ajaran baru, setiap sekolah pada umumnya melaksanakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). MPLS merupakan sebuah kegiatan yang umum dilaksanakan di sekolah setiap awal tahun ajaran guna menyambut kedatangan para peserta didik baru. Melalui kegiatan ini peserta didik dapat mengetahui lingkungan sekolah, kemudian mengenalnya dengan cermat lingkungan fisik dan non fisik sehingga tumbuh rasa cinta siswa terhadap sekolah. Pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa atau biasanya disebut dengan masa orientasi siswa umumnya bertujuan untuk membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru serta menumbuhkan interaksi positif antar siswa dan warga sekolah lainnya. Melalui kegiatan ini, interaksi antara guru dan peserta didik dapat dilakukan sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik untuk membangun budaya positif sekolah. Dalam membangun budaya positif di sekolah dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi yang baik dan efektif yang berpihak pada murid, memberikan contoh keteladanan dan lain-lain. Budaya positif dapat memberikan dampak yang positif dalam mengembangkan karakter peserta didik. Melalui pemberian aktivitas berupa penugasan-penugasan yang melibatkan peran aktif peserta didik dalam melakukan analisis masalah yang terjadi di sekolah sampai dengan mendiskusikan solusi penyelesaiannya. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan sekaligus sebagai institusi pembentukan karakter dalam membangun budaya positif. Peran kita sebagai pendidik melalui pendidikan berdasarkan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat. Untuk membangun lingkungan pendidikan yang kondusif, dalam pembelajaran diperlukan beberapa strategi, diantara yaitu menata ruang kelas belajar, suasana, belajar dan mengajar, lingkungan luar kelas, komunikasi dan hubungan sosial, menjadi guru yang menyenangkan, membiarkan siswa berkreasi, dan menyepakati aturan bersama.

Di sekolah perlu kolaborasi antara seluruh warga sekolah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dalam pembelajaran. Upaya untuk membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid dapat diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif  di kelas. Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid. 

Kesepakatan kelas disusun oleh guru dan peserta didik dengan bahasa yang mudah dipahami dan dapat diimplementasikan di kelas. Kalimat yang digunakan dalam kesepakatan kelas menggunakan kalimat positif, misalnya “saling menghormati”. Kalimat positif lebih mudah dipahami peserta didik dibandingkan kalimat negatif yang mengandung kata seperti, “dilarang” atau “tidak”. Kesepakatan kelas dapat dievaluasi dan dikembangkan secara berkala, misalnya setiap awal semester.


  1. Tujuan

Adapun tujuan dari rancangan aksi nyata ini yaitu sebagai berikut:

  1. Menumbuhkan budaya positif di sekolah melalui penerapan disiplin positif dan kesepakatan kelas.

  2. Berbagi pengalaman dengan rekan guru sejawat dan seperjuangan pada kegiatan Program Pendidikan Guru Penggerak.


  1. Deskripsi Aksi Nyata

Pembelajaran di masa pandemi tahun ini menginjak pada tahun ke-3. Kegiatan pembelajaran masih belum bisa dilaksanakan secara tatap muka langsung di sekolah. Pada pembelajaran tahun ini, saya mulai mempersiapkan beberapa hal untuk menyambut tahun ajaran baru. Langkah pertama yang saya lakukan adalah memilih media komunikasi yang sederhana yang sudah dikenal dan mudah digunakan oleh masyarakat luar. Salah satu media komunikasi yang saya gunakan adalah aplikasi Whatsapp, dengan fitur whatsapp grup kelas. Sekolah telah membuat whatsapp grup kelas untuk digunakan sebagai pembelajaran yang berlangsung secara sinkronus dan asinkronus. 

Hal pertama yang saya lakukan, yaitu menyapa murid-murid yang sebelumnya sudah diundang ke dalam whatsapp grup kelas. Pada kegiatan tersebut, saya mulai dengan memperkenalkan diri sebagai guru mata pelajaran yang akan mengajar mereka. Saya memberikan stimulus kepada mereka agar dapat merespon apa yang saya ungkapkan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, bahwa bagaimana membuat murid mau merespon dengan cepat pada pembelajaran menggunakan whatsapp merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Tantangan tersebut adalah bagaimana meningkatkan respon atau partisipasi siswa pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 

Setelah melakukan kegiatan diskusi untuk mencari informasi tentang bagaimana penerapan pembelajaran jarak jauh di sekolah lain, saya mendapatkan inspirasi yang bisa diterapkan di sekolah saya. Dengan jadwal pembelajaran yang dibuat dan dilaksanakan secara sinkronus menggunakan media whatsapp, sedikit demi sedikit terdapat perubahan dalam hal pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran berjalan lebih terkoordinasi dan efektif meskipun masih terdapat kendala yang dihadapi. 

Sebelum saya melangkah lebih jauh pada materi yang saya ajarkan, saya merancang kegiatan awal pembelajaran dengan perkenalan diri. Perkenalan diri yang saya rancang menggunakan sebuah aplikasi website yang digunakan untuk mempromosikan tentang sebuah kegiatan, yaitu aplikasi twibbonize. Aplikasi twibbonize merupakan aplikasi berbasis website dimana kita tidak perlu menginstal aplikasi tersebut ke dalam PC maupun Hp yang kita gunakan. Tujuannya adalah agar membuat siswa dapat saling mengenal satu sama lain dengan melihat foto dari masing-masing teman mereka dengan menggunakan aplikasi twibbonize. Kemudian berangkat dari hal tersebut, saya menyusun sebuah kesepakatan kelas dengan harapan dan keinginan dari beberapa murid di kelas saya. Berikut ini beberapa catatan-catatan kecil terkait dengan hal yang saya lakukan bersama murid saya untuk menumbuhkan budaya positif dengan kesepakatan kelas.





















  1. Kesepakatan Kelas

Berikut ini langkah-langkah untuk membuat kesepakatan kelas dalam pembelajaran daring :

  • Pertama, guru mengkondisikan kelas dengan membuat Whatsapp grup yang beranggotakan siswa di kelas untuk mengemukakan ide, impian, keinginan, harapan mereka.

  • Kedua, peserta didik diberikan pertanyaan tentang kondisi ideal kelas yang mereka impikan saat pembelajaran daring

  • Keempat, guru dan peserta didik membahas impian-impian setiap peserta didik dan mengambil kesimpulan.

  • Kelima, guru dan peserta didik menyepakati impian menjadi kesepakatan kelas.

  • Keenam, menandatangani kesepakatan kelas yang telah dibuat atau dalam bentuk menuliskan nama saja.


Berikut ini Kesepakatan Kelas yang dibuat oleh guru dan peserta didik.



  1. Percakapan dengan peserta didik melalui whatsapp grup dalam membuat kesepakatan kelas 8A :

(1)

(2)




(3)


(4)

(5)


(6)


(7)


(8)

(9)


(10)

(11)


(12)

(13)

(14)





  1. Percakapan dengan peserta didik melalui pesan whatsapp dalam membuat kesepakatan kelas :

(Amrillah Mukarim)

(Dwi)


(Erna Ratnasari)

(Lanjutan dari Erna Ratnasari)


(Malika Salwa)

(Marsha)



(Maya Tri Dahlia)


(Rayhan)









(Rio)

(Siti Amalia Damayanti)


(Syahdan)



(Syahrul Maulana)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar